Aksara yang menyangkut
dengan badan manusia dan alam semesta ini dapat di pergunakan ke hal
positif(mengobati) manusia dari pengaruh ilmu hitam maupun negatip(menyakiti) dalm artian dapat
juga dipakai sebagai menyakiti manusia,di bawah ini di terangkan dalam lontar
usada tiwas punggung:
Lontar Usada Tiwas
Punggung menguraikan, Dasa Aksara atau sepuluh huruf itu terdiri atas Sang,
Bang, Tang, Ang, Ing, Nang, Mang, Sing, Uang, Yang.Huruf-huruf ini berasal dari
suku kata Sa, Ba, Ta, A, I, Na, Ma, Si, Wa, Ya yang tujuannya untuk memuliakan
Dewa Siwa.
Huruf-huruf ini memiliki tempat masing-masing, baik di dalam tubuh maupun alam semesta. Sang dengan kekuatan Dewa Iswara berlokasi di jantung, di alam semesta berada di timur. Bang di hati (selatan), dewanya Brahma. Tang di ginjal (barat), Dewa Mahadewa. Ang di empedu (utara), Dewa Wisnu. Ing di pertengahan hati (tengah), Dewa Siwa. Nang di paru (tenggara), Dewa Maheswara. Mang di usus (barat daya), Dewa Rudra. Sing di limpa (barat laut), Dewa Sangkara. Uang di kerongkongan dan anus (timur laut), Dewa Sambu. Yang terletak di urutan rangkai hati (tengah), Dewa Guru.
Karakter sebagai lambang dari kekuatan dewa inilah yang diolah untuk membangkitkan kekuatan spiritual atau energi, baik bersifat positif maupun negatif.Pengolahan karakter di dalam tubuh ini bisa digunakan untuk pengobatan dan juga untuk menyakiti. Termasuk ilmu leak juga merupakan pengolahan huruf-huruf ini.
Sesuai kepentingan orang yang mempelajari, sepuluh karakter ini bisa diringkas atau dirangkum yang disebut Pengrukun Dasaksara. Huruf ini disatukan menjadi lima huruf dengan kekuatan Panca Dewata.Kemudian diolah lagi menjadi tiga huruf (Tri Sakti) yaitu Ang, Ung, Mang. Ketiga huruf ini merupakan lambang Dewa Brahma, Wisnu dan Iswara. Dalam tingkatan spiritual tertentu tiga huruf ini diolah menjadi dua huruf Ang dan Ah sebagai simbol bumi dan langit. Dan yang paling terakhir adalah menjadi huruf OM sebagai lambang Tuhan.
Pengolahan huruf ini disesuaikan dengan kemampuan spiritual yang dimiliki.Hal ini membutuhkan proses cukup panjang. Ibarat seorang murid, semakin tinggi sekolahnya berarti semakin singkat huruf yang digunakan. Murid yang baru belajar biasanya disuruh menghafal sepuluh huruf tersebut. Bila sudah naik kelas, dia akan diajarkan bagaimana mengolah huruf itu menjadi lima, tiga dan dua.
Huruf-huruf ini juga bisa digunakan untuk melakukan diagnosa penyakit. Hal ini bisa diketahui melalui suara yang ditimbulkan. Penyakit yang ditimbulkan oleh air ketuban biasanya menimbulkan efek warna kuning, suara yang terdengar adalah Sing. Penyakit akibat darah akan berwarna merah, suaranya Ang.Penyakit akibat lemas, suaranya terdengar Yang. Penyakit akibat ari-ari, menimbulkan bungi Ung.
Sesuai tingkatannya, Ilmu Kanda Empat dapat dipilah menjadi Kanda Pat Butha, Kanda Pat Rare, Kanda Pat Nyama, Kanda Pat Dewa, Kanda Pat Subhiksa, Kanda Pat Sari dan Kanda Pat Moksa. Namun sebuah salinan lontar yang ditulis tangan menyebutkan Kitab Kanda Pat yang lain bernama sarining Kanda Pat Sari. Salinan lontar itu berisi tentang ilmu-ilmu gaib aliran kiri dan kanan yang disebut Ngiwa Tengen. Jika tekun mempelajarinya, menurut isi lontar tersebut, akan terhindar dari marabahaya, berbagai bentuk tindak kejahatan (durjana), menjaga keluarga, dan terhindar dari serangan ilmu hitam. Namun barangsiapa mencampakkan atau menghina ilmu sarining Kanda Pat Sari ini, dia akan terkenan kutukan. Dia akan terkena penyakit yang tak bisa diobati secara medis, gila dan pendek usia.
Seperti bunyi salah satu bait lontar tersebut "Yan Sira arep sakti sidi ngucap, kinasihing dening jagat, muang ton kekurangan pangan kinum, iki kaweruh Akena, pawarah batara ring dalem. .. ", yang artinya kalau Anda ingin sakti, disayang alam dan tak kekurangan makan minum, sebaiknya memuja Bhatara di Pura Dalem. Mungkin maksudnya mempelajari ilmu sarining Kanda Pat Sari karena ilmu ini merupakan anugerah Dewa yang beristana di Pura Dalem.
Ada persyaratan untuk mempelajari ilmu ini, di antaranya melakukan persembahyangan yang dimulai dari Pura Dalem Tungkub, kemudian ke Pura Mrajapati, ke kuburan (tempat pembakaran jenasah) , ke Pura Desa dan Pura Peseh. Sebab akan membuat ilmu tersebut menjadi lebih sempurna. Salah satu mantra untuk membangkitkan ilmu sarining Kanda Pat Sari adalah "Ang Brahma Ka Idep, Ung Wisnu Sidi, Mang Iswara Mandi, Jatasemat Sidaning Adnyana
Huruf-huruf ini memiliki tempat masing-masing, baik di dalam tubuh maupun alam semesta. Sang dengan kekuatan Dewa Iswara berlokasi di jantung, di alam semesta berada di timur. Bang di hati (selatan), dewanya Brahma. Tang di ginjal (barat), Dewa Mahadewa. Ang di empedu (utara), Dewa Wisnu. Ing di pertengahan hati (tengah), Dewa Siwa. Nang di paru (tenggara), Dewa Maheswara. Mang di usus (barat daya), Dewa Rudra. Sing di limpa (barat laut), Dewa Sangkara. Uang di kerongkongan dan anus (timur laut), Dewa Sambu. Yang terletak di urutan rangkai hati (tengah), Dewa Guru.
Karakter sebagai lambang dari kekuatan dewa inilah yang diolah untuk membangkitkan kekuatan spiritual atau energi, baik bersifat positif maupun negatif.Pengolahan karakter di dalam tubuh ini bisa digunakan untuk pengobatan dan juga untuk menyakiti. Termasuk ilmu leak juga merupakan pengolahan huruf-huruf ini.
Sesuai kepentingan orang yang mempelajari, sepuluh karakter ini bisa diringkas atau dirangkum yang disebut Pengrukun Dasaksara. Huruf ini disatukan menjadi lima huruf dengan kekuatan Panca Dewata.Kemudian diolah lagi menjadi tiga huruf (Tri Sakti) yaitu Ang, Ung, Mang. Ketiga huruf ini merupakan lambang Dewa Brahma, Wisnu dan Iswara. Dalam tingkatan spiritual tertentu tiga huruf ini diolah menjadi dua huruf Ang dan Ah sebagai simbol bumi dan langit. Dan yang paling terakhir adalah menjadi huruf OM sebagai lambang Tuhan.
Pengolahan huruf ini disesuaikan dengan kemampuan spiritual yang dimiliki.Hal ini membutuhkan proses cukup panjang. Ibarat seorang murid, semakin tinggi sekolahnya berarti semakin singkat huruf yang digunakan. Murid yang baru belajar biasanya disuruh menghafal sepuluh huruf tersebut. Bila sudah naik kelas, dia akan diajarkan bagaimana mengolah huruf itu menjadi lima, tiga dan dua.
Huruf-huruf ini juga bisa digunakan untuk melakukan diagnosa penyakit. Hal ini bisa diketahui melalui suara yang ditimbulkan. Penyakit yang ditimbulkan oleh air ketuban biasanya menimbulkan efek warna kuning, suara yang terdengar adalah Sing. Penyakit akibat darah akan berwarna merah, suaranya Ang.Penyakit akibat lemas, suaranya terdengar Yang. Penyakit akibat ari-ari, menimbulkan bungi Ung.
Sesuai tingkatannya, Ilmu Kanda Empat dapat dipilah menjadi Kanda Pat Butha, Kanda Pat Rare, Kanda Pat Nyama, Kanda Pat Dewa, Kanda Pat Subhiksa, Kanda Pat Sari dan Kanda Pat Moksa. Namun sebuah salinan lontar yang ditulis tangan menyebutkan Kitab Kanda Pat yang lain bernama sarining Kanda Pat Sari. Salinan lontar itu berisi tentang ilmu-ilmu gaib aliran kiri dan kanan yang disebut Ngiwa Tengen. Jika tekun mempelajarinya, menurut isi lontar tersebut, akan terhindar dari marabahaya, berbagai bentuk tindak kejahatan (durjana), menjaga keluarga, dan terhindar dari serangan ilmu hitam. Namun barangsiapa mencampakkan atau menghina ilmu sarining Kanda Pat Sari ini, dia akan terkenan kutukan. Dia akan terkena penyakit yang tak bisa diobati secara medis, gila dan pendek usia.
Seperti bunyi salah satu bait lontar tersebut "Yan Sira arep sakti sidi ngucap, kinasihing dening jagat, muang ton kekurangan pangan kinum, iki kaweruh Akena, pawarah batara ring dalem. .. ", yang artinya kalau Anda ingin sakti, disayang alam dan tak kekurangan makan minum, sebaiknya memuja Bhatara di Pura Dalem. Mungkin maksudnya mempelajari ilmu sarining Kanda Pat Sari karena ilmu ini merupakan anugerah Dewa yang beristana di Pura Dalem.
Ada persyaratan untuk mempelajari ilmu ini, di antaranya melakukan persembahyangan yang dimulai dari Pura Dalem Tungkub, kemudian ke Pura Mrajapati, ke kuburan (tempat pembakaran jenasah) , ke Pura Desa dan Pura Peseh. Sebab akan membuat ilmu tersebut menjadi lebih sempurna. Salah satu mantra untuk membangkitkan ilmu sarining Kanda Pat Sari adalah "Ang Brahma Ka Idep, Ung Wisnu Sidi, Mang Iswara Mandi, Jatasemat Sidaning Adnyana
Demikian ulasan saya tentang aksara suci penyatuan alam semesta beserta isinya.Dengan ini kita saling belajar mengenal kan budaya bali kepada generasi penerus agar budaya kita tidak di tiru oleh negara lain mari kita sama sama menjaga dan melestarikan budaya bali.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih Telah Berkunjung Dan Membaca artikel saya,Selamat Membaca.